Selasa, 19 Desember 2017

PERHIASAN TRADISIONAL SULAWESI-SELATAN

Sejak zaman prasejarah, manusia sudah mengenal pemakaian perhiasan. Peninggalan peninggalan dari zaman ini, menunjukkan bahwa naluri menghias diri pada manusia, tumbuh dan berkembang sejalan dengan perkembangan peradaban manusia itu sendiri. Semakin tinggi peradabannya, semakin tinggi pula teknik dan mutu perhiasan yang dihasilkannya.

Pada masyarakat yang kehidupannya masih sangat sederhana (primitif) cara menghias diri mereka juga dilaksanakan dengan cara yang sangat sederhana pula, yaitu dengan jalan mencoreng-coreng wajah/tubuh dengan arang, lumpur, atau bahkan dirajah dengan tatto. Semua tindakan menghias diri tersebut tentu mempunyai maksud-maksud tersendirim, sesuai dengan kebiasaan-kebiasaan yang berlaku pada tata kehidupan masyarakat tersebut.

Perkembangan lebih lanjut menunjukkan adanya usaha atau kecenderungan untuk menggunakan dan memakai benda-benda temuan dari alam untuk digunakan sebagai perhiasan, seperti kulit kerang, tulang, bulu binatang, kayu, batu dan lain-lain. Benda-benda tersebut belum diolah bentuknya, dari bentuknya yang asli kemudian dipakai sebagai kalung, gelang tangan, perhiasan kepada, dan sebagainya.

Sesuai dengan perkembangan peradaban manusia, dapat dilihat bahwa jenis dan bentuk perhiasan yang dipakainya pun berkembang. Perhiasan-perhiasan yang dipakai tidak lagi hanya melulu diambil dari hasil temuan di alam, tetapi manusia mulai menciptakan bentuk perhiasan dengan berubah alam. Perhiasan-perhiasan dari tulang dan batu mulai ditinggalkan, dan kalau pun bahanya dari batu adan tulang, bentuknya mulai diperhalus dan dirobah sesuai dengan kemauan dipenciptanya.


Kalau diperhatikan bentuk dari perhiasan perhiasan daerah Sulawesi Selatan ini terlihat adanya bentuk-bentuk yang kokoh dari disainnya. Gelang wanita atau gallang terbagi atas dua macam, yaitu gelang panjang dan gelang pendek, bentuknya terlihat massif dan kuat.  Ornamen yang diterapkan pada perhiasan-perhiasan dari Sulawesi Selatan ini sangat indah, dengan menggunakan pola-pola geometris. Hal ini sekaligus juga membuktikan bahwa tingkat kemahiran para pandai Besi emas di tanah air ini dapat dikatakan merata. Perhiasan-perhiasan ini dibuktikan bahwa kehidupan masyarakat Indonesia di berbagai suku/daerah kaya dengan tradisi upacara.

Dalam Gambar-gambar beberapa macam perhiasan tradisional yang terdapat di Sulawesi-selatan yang ada di AnjunganSulawesi-selatan, TMII, Jakarta yang telah di bukukan pada tahun 1983. Anda dapat mendapatkan Album Tradisional ini di Museum dan Rumah Baca Kucang Pustaka yang terletak di Desa Bontosunggu, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba. 

Berikut ini beragam perhiasan Tradisonal yang ada di Sulawesi-selatan. 

Potto Naga atau gelang Naga pria bugis. Bahan asli dari emas. Koleksi anjungan Sulawesi-selatan, TMII, Jakarta.

Lola, adal dari Bugis Makassar, digunakan untuk kelengkapan pakaian adat.

Tigero Tedong atau Karro-karro Tedong berasal dari Bugis Makassar, sebagai kelengkapan pakaina adat, bahan asli dari emas.

Rantte Labbu atau Gero Mabule, berasal dari Bugis, sebagai kelengkapan pakaian adat

Bondo, atau Mahkota wanita, berasal dari Bugis, dipergunakan sebagai kelengkapan pakaian adat

Hiasan Siagara dari Bugis Makassar.

Kalung bermotif burung garuda berasal dari Toraja, bahan dari emas.

Sigara, hiasan kepala pria dari Bugis Makassar, terbuat dari kain dan perada sebagai kelengkapan pakaian adat.

Sassang, terbuat dari manik-manik yang dipergunakan untuk keperluan pakaian adat yang berasal dari Toraja.

Kandawure, bagian bawah dari kalung wanita toraja yang terbuat dari manik-manik berwarna warni.
Sumber :

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1983. Album Perhiasan Tradisional: Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 

0 komentar:

Posting Komentar