Selasa, 19 Desember 2017

KERAMIK TRADISIONAL SULAWESI-SELATAN

Ada tiga nilai yang terkandung dalam karya kerajinan, yaitu nilai seni, nilai guna, dan nilai teknik. Besar kecilnya ketiga nilai karya kerajinan tergantung pada faktor-faktor yang mendukungnya. Nilai atau mutu seni kerajinan sangat tergantung pada bakat seni yang dimiliki oleh para pengrajin yang diperoleh secara turun-temurun, dan dari pengalaman bekerja. Perasaan seni diperlukan dalam mengubah unsur-unsur disain dalam kerajinan sesuai dengan kegunaannya. Nilai guna itu dituntut, karena karya kerajinan tidak semata-mata dihasilkan sebagai bentuk pernyataan ekspresi artistik. Nilai guna, dan nilai artistic dalam karya kerajinan bersifat timbal balik. Sesuai dengan tuntutan nilai guna, dan nilai artistik, seorang pengrajin harus mampu menangani bahan yang dipakai. Penanganan bahan dalam kerajinan manyangkut pengolahan bahan, dan cara-cara pengerjaan bahan.

Jika ketiga nilai tersebut menjadi ukuran dari mutu kerajinan, maka ada tuntutan lain yang harus dipenuhi dalam menjaga kelestariannya yaitu tuntutan menyalurkan hasil kerajinan kepada para pemakai, bagaimana hasil kerajinan dapat dibeli atau dipasarkan. Tuntutan lain lagi ialah bagaimana mutu karya kerajinan dapat dikembangkan.

Demikianlah persoalan seni kerajinan untuk waktu sekarang tidak berdiri sendiri sebagai kebutuhan hidup manusia. Timbul tenggelamnya seni kerajinan tidak semata-mata tergantung pada para pengrajinnya, tetapi juga pada pihak-pihak lain yang berkepentingan dalam proses pembuatan sampai pada pemasaran.

Persoalan semacam itulah yang sering dihadapi oleh para pengrajin keramik rakyat tradisional di beberapa daerah Indonesia. Apabila kerajinan keramik itu masih dapat bertahan menunjukkan bahwa masyarakat Indonesia masih dapat menerima karya kerajinan itu sebagai benda pakai yang mengandung nilai-nilai seni budaya bangsa. Kekayaan nilai seni budaya bangsa Indonesia dapat juga disimak dari karya kerajinan keramik tradisional di daerah. Dari benda-benda keramik itu pula dapat disimak kekayaan ungkapan senirupa yang tidak sedikit manfaatnya pada masa mendatang.

Untuk lebih kengkap mengenai  ini dapat anda nikmati di Museum dan Rumah Baca Kucang Pustaka yang terletak di Desa Bontosunggu, Kecamatan Gantarang, Kabupaten Bulukumba. Di bawah ini beberapa  contoh Keramik Tradisional yang ada di Sulawesi-selatan, antara lain di Takalar. dan terdapat juga beberapa gerabah kuno koleksi Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala Sulawesi-selatan yang saat ini di sebut Balai Pelestari Peninggalan Purbakala (BP3) dan Depdikbud Sulawesi-selatan. Selain daerah Takalar, Bone, dan Selayar juga terdapat beberapa gerabah dari daerah Sulawesi Barat yang dulunya tergabung dalam Sulawesi selatan.

Daerah Takalar  yang terkenal dengan hasil keramik rakyatnya. Penduduk Takalar mengerjakan keramik di kolong-kolong rumah mereka yang tinggi. Wanita ini sedang membuat periuk tanah dengan cara yang masih tradisional.

Di kolong-kolong rumah inilah penduduk Takalar membuat barang-batang kerajinan tembikar. Kolong rumah yang tinggi sekaligus merupakan tempat berteduh yang nyaman bagi mereka.

 Roda pelarik, juga sudah mulai diperkenalkan kepada para pengerajin keramik di Takalar

 Beberapa jenis hasil produksi yang dihasilkan oleh para pengerajin gerabah Takalar. Katoang (Jambangan air), Depok (Tungku), Baranneng (Gentong tempat air) dll.

 Hasil kerajinan gerabah Takalar yang sudah selesai dibakar dan siap untuk dipasarkan.

 Gentong tempat air yang disebut Baranneng, tingginya 60 cm, garis tengah 50 cm. pewarnaan dicapai dengan warna tanah dan proses pembakaran.

 Hasil pembuatan gerabah di Takalar. Tutup wajan atau Polekko ini mempunyai garis tengah 40 cm. Sedang bejana tempat air yang terletak sebelahnya mempunyai garis tengah 35 cm.

 Hasil kerajinan gerabah/tembikar di Desa Pambusuang, Kec. Tinambung, Kabupaten Polmas .Bentuk yang dihailkan lebih halus, dan pembakarannya lebih matang.

 Dua buah bejana tempat air yang dihasilkan oleh para pengerajin Desa Pambusuang. Tempat air yang lebih besar disebut Kato-katoang. Sedangkan yang lebih kecil disebut Loak

 Botting-botting. Tembikar mainan dari Takalar. Bentuk sepesang pengantin. Fungsinya untuk hiasan dan mainan, tinggi  59 cm

Tembikar kuno dari Gowa. Tembikar ini adalah piring tanah asal Gowa dengan bentuk yang berasal dari luar. Koleksi Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala, Sulsel

Piring ini mempunyai hiasan bentuk gerigi, asalnya dari Gowa. Garis tengah 20 cm.

Kendi dari Kabupaten Pangkep, tingginya 16 cm, garis tengah 22 cm, bentuk dari kedua benda ini nampaknya sudah mendapat pengaruh dari luar.

Kendi dengan Paruh menggelembung dari Selayar, tinginya 18 cm, garis tengah 15 cm. Kendi di sampingnya juga berasal dari Selayar tinggi 16 cm, garis tengah 15 cm.

Tabung air dan guci dari Selayar. Menilik bentuknya, kedua benda ini sudah mendapat pengaruh dari luar.

Pendupaan dari daerah Gowa (Kiri), dan Guci dari daerah selayar. Koleksi dari Suaka peninggalan Sejarah dan Purbakala, Provinsi Sulawesi-selatan.

Dua buah Buli-buli koleksi Bidan kesenian Kanwil Depdikbud. Prov. Sulsel. Buli-buli yang besar tingginya 25 cm, sedangkan yang kecil tingginya 14 cm.

Buli-buli ini yang besar tingginya 18 cm, dan yang kecil tingginya 15 cm. Asalnya tidak diketahui, tetai sekarang menjadi koleksi Bidang Kesenian, Depdikbud, sul-sel.

Buli-buli koleksi Bidan kesenian, Kanwil Depdikbud, Sul-sel ini kaya akan variasi hiasan/ornamen yang diukirkan pada bagian luar buli-buli tersebut, sekalipun daerah asalnya tidak diketahui dengan jelas, namun dapat dipastikan bahwa buli-buli ini dahulunya dibawah oleh para pendatang dari luar.

Bentuk buli-buli yang lain dari koleksi suaka PSP, Sulsel.

Buli-buli koleksi bidan kesenian. tinggi 14 cm dan 13 cm.

Beberapa buah koleksi tembikar dari Suaka peninggalan sejarah dan purbakala Sulawesi. Asal dan usia benda ini tidak diketahui dengan jelas.

Beberapa pecahan tembikar kuni koleksi suaka peninggalan sejarah dan purbakala Sulawesi-selatan. Benda ini merupakan hasil penggalian di Kalempeng Mamuju dan Lamuru Kabupaten Bone.

Botting-botting, tembikar mainan sepasang pengantin dari kabupaten Takalar. tinggi 30 cm. Koleksi bidan kesenian, kanwil Depdikbud Sulawesi-selatan.


Sumber :

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1984. Album Keramik Tradisional: Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

0 komentar:

Posting Komentar